BELAJAR PROSA- IBU DAN SENJA BERADU PILU
Ibu dan Senja Beradu Pilu
Sapa ombak membasahi pinggir lautan, menyetubuhi pasir di pinggiran, kuambil sejumput air pantai, membelai lembut wajah kusam, beraromakan asap jalanan.
Ranting pohon kering terjatuh, angin membangunkannya 'tuk ikut menari. Burung bersahutan memanggil, menyapa senja yang sedang dirundung pilu. Burung gereja bertanya padanya, "Mengapa kau terlihat muram, Senja?" Tak ada jawab darinya, seketika langit menurunkan rintik gerimis, disusul pelangi kala gerimis terhenti.
Kuamati dari bibir pantai, memang senja terlihat tak seperti biasanya sore ini. 'Apakah ia melihat lakuku menyakiti ibu saat itu?' batinku mulai berkecamuk. "Senja saja tak terima, apalagi ibu yang langsung kusakiti oleh perkataan kasarku?"
Terima kasih, Senja. Dikau turut mengingatkan kesalahanku. Sepasang kaki lemas tak kuasa menopang kesedihan dan penyesalan. Bergegas berlari, kembali menuju ibu. Sesampainya di rumah, tak sengaja kulihat beliau sedang memunguti satu persatu nasi yang tadi sempat kubuang. Entah mengapa emosiku tak terkendali, hanya karena lauk pauk yang sederhana, tahu dan ikan asin yang rutin menemani makanku, 'Itu masalah sepele!'jerit batin membentakku.
Syahrul Ghani
Pekalongan, 13 Oktober, 2017
Komentar
Posting Komentar